September 28, 2022

Acara Peusijuk - Memulai Operasi dengan Tradisi

Suasana Geumpang pada Rabu, 28 September 2022 lalu terasa sangat dingin. Hujan tak henti terus mengguyur kecamatan di Pidie ini.Geumpang, yang terletak di pegunungan perbatasan Pidie dan Aceh Barat sejak sehari sebelumnya terus diguyur hujan. Uniknya, jika biasanya di saat hujan warga memilih diam di rumah, berbeda dengan hari itu. Ratusan masyarakat menjelang siang mendatangi sebuah kamp (barak panggung dari kayu) yang terletak sekitar 10 Km dari pusat Kecamatan menuju perbatasan Aceh Barat. Menuju pegunungan.

Di depan kamp, di atas panggung sederhana berukuran 3X6 m2, para pimpinan kecamatan dari Geumpang dan Mane telah duduk bersila guna mengikuti serangkaian upacara adat Aceh, yakni peusijuk. Peusijuk digelar guna bermohon kepada Allah atas keselamatan, keberkahan, ketentraman, kebahagiaan, perestuan dan saling memaafkan. Diawali dengan membaca ayat suci Al-Qur’an, Shalawat Rasul dan juga sambutan dari perwakilan masyarakat serta tuan rumah, peusijuk dimulai dan dipimpin langsung oleh Abu Keune, yang merupakan ulama kharismatik Geumpang.

Panggung Acara Peusijuk

Abu Keune, secara bergantian dan berurutan, sembari berdo’a, menabur beras dan ketan ke setiap orang di panggung serta karyawan yang berdiri di depan panggung disaksikan oleh masyarakat. Ritual kemudian dilanjutkan dengan memercik air menggunakan dedaunan yang khusus untuk peusijuk. Peusijuk kali ini digelar, dalam rangka dimulainya operasional eksplorasi PT Woyla Aceh Minerals (WAM) di bawah manajemen Far East Gold Ltd. Do’a keselamatan, keberkahan, kelancaran, kemakmuran dan kesejahteraan, mengiringi ritual yang menjadi tradisi di Bumi Serambi Mekkah.

Direktur Utama PT. Woyla Aceh Minerals

Camat Geumpang Masykur yang mewakili masyarakat menyampaikan rasa terimakasihnya atas itikad baik perusahaan berinvestasi di Geumpang. Ia juga meminta agar perusahaan mengoptimalkan masyarakat Geumpang sebagai tenaga kerja di perusahaan. “Kami meminta perusahaan secara maksimal melibatkan masyarakat Geumpang. Agar sumber daya yang ada di Geumpang dapat dinikmati oleh masyarakat,” sambutnya.


Hal ini juga disambut baik oleh Direktur Utama WAM Jimbarlow Gultom. Jim (sapaan Jimbarlow) berkomitmen mengoptimalkan sumber daya lokal guna mendukung kelancaran operasional. Ia juga meminta agar masyarakat melalui tokoh-tokohnya untuk terus memberikan masukan dan saran agar perusahaan dan masyarakat tetap sejalan seirama.


“Kami berterimakasih atas dukungan yang telah diberikan bapak-bapak selama ini dan juga ke depannya. Hubungan yang baik dan saling menguatkan ini harus terus berjalan. Jangan sungkan memberikan masukan, saran dan kritikan untuk kemajuan kita bersama,” ujar Jim dalam sambutannya di hadapan perwakilan masyarakat dan juga karyawan yang hamper seluruhnya anak-anak muda Geumpang.


Kegiatan yang singkat dan penuh makna dalam upaya memulai operasi eksplorasi WAM diakhiri dengan makan siang bersama, yang juga dengan tradisi Aceh. Gulai/kare sapi yang diolah secara gotong royong oleh laki-laki Aceh, menjadi menu utama. Mereka sejak dini hari telah sibuk mengolah makanan ditemani hujan dan dinginnya malam.

Peusijuk merupakan tradisi atau kearifan lokal yang menggunakan bahan-bahan berupa:

  1. Campuran air dan tepung tawar yang bertujuan agar sesuatu yang terkena percikan air tersebut tetap dalam kesabaran dan ketenangan. Seperti air campuran tersebut yang terus terasa dingin.
  2. Beras dan padi yang bertujuan agar dapat subur, makmur, semangat. Seperti taburan beras padi yang begitu semarak berjatuhan.
  3. Dedaunan berupa daun manek, manou dan rumput sambo yang bertujuan melambangkan suatu ikatan yang terwujud dalam kesatuan hidup bermasyarakat. Seperti beberapa jenis dedaunan yang berbeda yang bersatu dalam suatu ikatan.
  4. Ketan yang bermakna sebagai lambang persaudaraan. Seperti halnya ketan yang selalu melekat dengan bahan lainnya.